Sabtu, 09 September 2006
BINTANG RATNA SUCI & RAPAT SAMUDRA
Barang siapa yang tak kenal Soekarno, maka dia tidak kenal Indonesia. Meskipun pemimpin Indonesia ini sudah lama tiada, tapi sosoknya tidak habis-habisnya dibicarakan orang. Setelah buku “Sukarno File”(terjemahan Indonesia terbit 2005), yang yang ditulis Prof Dr Antonie CA Dake, maka ber-taburan kembali buku-buku lainnya yang sejalan maupun berlawanan dengan Sukarno File itu. Sebentar lagi kita merayakan 61 tahun Rapat Samudra Ikada pada tgl 19 September 2006. Tidak banyak yang menyadari bahwa dalam rapat tersebutlah, sesungguhnya pamor Soekarno sebagai pemimpin Indonesia tidak bisa dipungkiri lagi. Tapi kehebatan Sokerno juga mengalami jatuh ba-ngun prestasi dan popularitas serta nama harumnya didalam negeri dan luar negeri. Sebelum perang orang hanya mengenalnya sebagai pendiri PNI dan Singa Podium yang anti Kolonial. Pemimpin Indonesia ini saat itu sudah bukan main terkenal. Namun kemudian menjadi sirep karena dibuang ke Ende dan Bangkahulu selama 8 tahun. Dia muncul kembali dalam propaganda fasis Jepang. Saat itulah Kaisar Hirohito memberi hadiah “Bintang Ratna Suci” ketika berkunjung ke Jepang pada bulan Desember 1943. Tampak pada foto pertama ketika Soekarno membacakan laporannya dalam sidang Chuo Sangi In ke VI. Dia menyematkan bintang itu pada dada sebelah kiri. Hal ini kurang nyaman dimata kaum nasionalis yang anti fasis dan itulah sebabnya muncul gelar kolaborator. Demikian pula kaum Kolonial yang kabur ke Auatralia. Diantaranya Van der Plas yang berkaok-kaok dan berjanji akan menyeret Soekarno kemeja hijau. Tapi rupanya hal itu tidaklah menjadi halangan bagi para pendukung Soekarno. Kembali pada tanggal 19 September 1945, Soekarno adalah benar-benar pemimpin Indonesia yang didengar suaranya dan dipatuhi perintahnya. Ratusan ribu rakyat berkumpul di lapangan yang kini Monas Timur itu, sudah siap mati meskipun diancam tentara Jepang yang masih komplit memilik persenjataan perang. Ahirnya mereka menurut kata-kata Presiden Soekarno untuk dengan tenang pulang kerumahnya masing-masing. Pada foto kedua, tampak Soekarno berpidato diatas podium yang ditinggikan. Soekarno antara lain berkata : “Walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan Negara Republik Indonesia. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah dan tunduk kepada disiplin” (Osman Raliby.Documenta Historica hal 35)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar